Cegah dan Atasi Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil

Sahabat Sehat, survei konsumsi pangan nasional 2016-2017 menyatakan bahwa 1 dari 5 ibu hamil di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Dari 10 ibu hamil, 7 orang diantaranya memiliki asupan kalori dan protein yang ngga mencukupi kebutuhan. Padahal kondisi ini bisa berdampak pada sumber daya manusai (SDM) kedepannya loh!

Mengapa terjadi kurang energi kronis?

Sesuai kodratnya, perempuan mengalami proses reproduksi, yaitu masa ketika menghasilkan keturunan, termasuk mengandung. Supaya proses reproduksi sehat, maka kebutuhan energi, protein, lemak, vitamin, mineral dan cairan perlu terpenuhi, baik kuantitas dan kualitasnya.

Kekurangan asupan energi baik zat gizi makro maupun mikro yang berlanjut mulai dari remaja, pranikah sampai menikah, berisiko menyebabkan kurang energi kronis (KEK) saat kehamilan. Zat gizi makro berupa karbohidrat, protein dan lemak, sedangkan zat gizi mikro berupa vitamin A, D, asam folat, zat besi, seng, kalsium, iodium dan lainnya. Risiko KEK ditandai dengan rendahnya cadangan energi dalam jangka waktu lama dengan hasil ukur lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm.

Penyebab KEK pada ibu hamil

Secara langsung, KEK disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang dan adanya penyakit. Secara tak langsung disebabkan oleh ketidakcukupan persediaan makanan, pola asuh kurang memadai, sanitasi, dan akses pelayanan kesehatan yang rendah. Masalah utama yang mempengaruhinya, yaitu kurangnya pemberdayaan perempuan, keluarga dan sumber daya manusia. Sedangkan, permasalahan dasar terjadinya KEK adalah krisis ekonomi, politik dan sosial.

Dampak kurang energi kronis

KEK berdampak terhadap kesehatan, keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan. Saat persalinan, kondisi ini bisa menurunkan kekuatan otot sehingga terjadi partus lama (ketika persalinan telah berlangsung selama 12 jam atau lebih namun bayi belum lahir), perdarahan pasca salin, bahkan berisiko kematian. Pada bayi berisiko keguguran, prematur, lahir cacat, berat badan lahir rendah (BBLR), bahkan kematian. Tumbuh kembang janin terganggu, bayi lahir pendek (stunting), gangguan perkembangan otak, dan gangguan metabolisme sehingga berisiko penyakit tak menular saat dewasa.

KEK pada ibu hamil dimulai sejak sebelum hamil bahkan ketika remaja. Kehamilan pada usia remaja juga berisiko menimbulkan masalah, diantaranya kebutuhan zat gizi remaja dengan janin dikandungannya saling berkompetisi; daya tahan tubuh rentan terhadap penyakit; kondisi organ reproduksi remaja masih dalam proses tumbuh kembang, seperti panggul sempit yang berakibat kesulitan pada proses persalinan; dan belum siap mental menjadi seorang ibu sehingga pola asuh menjadi kurang baik.

Mencegah dan mengatasi KEK

Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah KEK pada ibu hamil, misalnya mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan suplementasi gizi (tablet tambah darah dan makanan tambahan), serta mengatur jarak kelahiran. Apabila ibu memiliki penyakit penyerta, seperti malaria, cacingan, TBC, dan HIV, maka sebaiknya segera mengatasi penyakit tersebut.

Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti menggunakan air bersih, cuci tangan dengan sabun, jamban sehat, memberantas jentik seminggu sekali, makan buah dan sayur setiap hari, aktivitas fisik, serta ngga merokok juga perlu dilakukan.

Ibu hamil dengan KEK perlu segera mendapat pelayanan antenatal secara komprehensif dan terpadu. Tujuannya untuk deteksi dini, pengobatan dan penanganan gizi yang tepat untuk mencegah komplikasi akibat KEK melalui penyuluhan dan konseling. Pelayanan gizi ibu hamil KEK oleh tenaga gizi dilakukan sesuai tahapan proses asuhan gizi terrstandar, berupa pengkajian, diagnosis, dan intervensi gizi, serta monitoring evaluasi.

Leave a Comment