Piramida makanan/Food Pyramid merupakan susunan bahan-bahan makanan untuk menunjukkan cara memenuhi kebutuhan gizi sehari secara seimbang. Pada umumnya, piramida makanan terdiri dari 4 sampai 5 susun kelompok bahan makanan yang tergantung kepada negara masing-masing, dan tentunya disesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan dan pola makan dari masyarakat negara tersebut, dengan susunan terbawah merupakan kelompok sumber karbohidrat, selanjutnya kelompok buah dan sayur yang merupakan sumber vitamin dan mineral, dilanjutkan dengan sumber protein nabati dan hewani, dan yang teratas adalah kelompok gula, garam dan minyak.
Jika kebanyakan negara memilih bentuk yang kurang lebih sama untuk piramida makanannya, dimana semakin keatas semakin lancip, maka berbeda dengan Jepang yang memutuskan untuk membuat sesuatu yang anti mainstream. Jepang memilih piramida makanan terbalik seperti gasing yang mereka namakan ‘Japanese Food Guide Spinning Top’ (JFGST). Panduan yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Sosial Jepang pada tahun 2005 ini berfungsi sebagai referensi visual untuk jenis dan jumlah makanan yang harus dimakan seseorang setiap hari. Panduan ini juga menentukan kombinasi yang diinginkan dan jumlah makanan pokok, hidangan utama, lauk pauk, produk susu atau susu dan buah-buahan. Jika kita bandingkan dengan piramida makanan pada umumnya, terlihat bahwa JFGST sangat simpel karena hanya memuat jenis dan jumlah makanan yang harus dimakan dalam sehari saja. Di puncak gasing terdapat gambar orang sedang berlari mengelilingi gelas yang berisi air putih atau teh (yang menggambarkan tradisi Jepang), yang bermakna jika orang tersebut tidak bergerak, maka gasing akan rubuh. Gambar yang sederhana tetapi mempunyai arti yang sangat dalam, yaitu walaupun seseorang sudah mengonsumsi makanan yang sesuai dengan anjuran tetapi jika tidak dibarengi dengan aktifitas fisik, maka kondisi seimbang tidak akan tercapai. Kondisi tidak seimbang juga akan terjadi apabila seseorang mengonsumsi salah satu makanan secara berlebihan ataupun kurang. Hal menarik lainnya dari JFGST ini, jika kita perhatikan, terdapat pita berwarna biru yang menempel di sebelah kiri gasing. Ini merupakan icon yang berpesan bahwa kita masih bisa melakukan ‘cheating’ dengan mengonsumsi snack, manisan/gula-gula dan minuman ringan sesekali saja sebagai selingan maksimal seminggu sekali.
Piramida makanan yang sederhana tentunya memudahkan masyarakat untuk memahami pesan yang disampaikan melalui visual. Jika sudah paham tentu harapan selanjutnya adalah masyarakat mau mempraktikkannya dan kelamaan menjadi suatu pola hidup. Hal ini dapat menjadi pemikiran kita bersama untuk menerapkan kesederhanaan piramida makanan di Indonesia. Dikarenakan Indonesia mempunyai beragam budaya dan variasi makanan yang sangat banyak dari Sabang sampai Merauke, maka setiap daerah dapat mencoba membuat piramida makanannya sendiri dan mengisinya dengan pangan lokal dengan jumlah porsi sehari berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) tahun 2014. (TY)